diskotik pertama di jakarta

Terletak di Jalan Tanah Abang Timur No.14, Jakarta Pusat, diskotek milik Ahmad Fahmy Alhady ini tidak pernah sepi diskotik tanamur sekarang pada era keemasannya. Bagaimana tidak? Masyarakat berbondong-bondong mengunjungi diskotek pertama di Jakarta.

Bukan hanya bertaburan bintang terkenal di dalam dan luar negeri, mahasiswa bermodal rasa penasaran dan nekat pun bisa turut membiarkan capek di Tanamur. Para hostes turut membaur bersama diskotik pertaman di indonesia pengunjung yang tengah nikmati segelas whiskey tanpa kuatir melanggar hukum di diskotek legal ini.

Kira-kira begitulah malam indah di Tanamur, sebelum melunturnya popularitas dan jadi korban tidak langsung dari peristiwa diskotik tahun 80an di jakarta terorisme di Bali pada tahun 2002. Sekarang Tanamur jadi sebuah bangunan kosong, dipenuhi oleh kesunyian yang mengambil alih kebisingan lagu disko yang diputar 51 tahun yang lalu.

Tanamur pada era keemasannya

Tanamur, akronim dari “Tanah Abang Timur” didirikan oleh Ahmad Fahmy Alhady. Ia bukanlah seorang pegiat dunia hiburan di Jakarta, melainkan seorang mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan jurusan tehnik industri di Jerman. Ayahnya, Zein Alhady, merupakan keliru satu pengusaha diskotik terbesar di asia keturunan Arab di bidang teksil dan batik di pasar Tanah Abang.

Ketika jadi mahasiswa di Jerman, ia mengunjungi keliru satu diskotek disana dan terkagum bakal hiburan malam yang tidak bisa ditemukan di Jakarta.  Jakarta saat itu dibawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin tengah gencar-gencarnya mempromosikan rencana modernisasi kota Jakarta jadi kota metropolitan. Tempat-tempat hiburan layaknya diskotek atau rumah bordil diberikan izin sepanjang bisa membuahkan pajak yang jadi sumber pemasukan provinsi DKI Jakarta.

Baca Juga : Daftar Tempat Dugem Terasyik Surabaya

Fahmy yang menyaksikan kesempatan ini memutuskan untuk menghentikan studinya dan ulang ke ibu kota untuk mendirikan sebuah diskotek bersama modal kurang lebih 25 juta rupiah bersama bersama saudaranya yaitu Anis dan Kadim. Ia mengambil rencana daerah hiburan malam di Amerika, Jerman, dan Paris dan sukses menyulap sebuah rumah tua jadi diskotek.

Pertama Di Buka

Resmi diakses pada 12 Desember 1970, Tanamur memiliki ciri khas yaitu arsitekturnya yang unik. Pergabungan pada ornamen yang bisa ditemukan di gereja bersama lengkung atap yang bisa dijumpai di masjid, sukses besar menggaet hati penduduk Jakarta.

Bukan hanya arsitekturnya yang unik, Fahmy terhitung menyediakan diskotek bersama situasi egaliter (dimana seluruh pengunjung diperlakukan mirip tanpa menyaksikan latar belakang) di mana saat itu banyak daerah hiburan yang justru menyediakan keesklusifan untuk kalangan tertentu.

Dikutip dari wawancara Historia bersama Firdaus al-Hadi selaku mantan manajer gudang Tanamur, saat itu terkandung arti yaitu “Enggak ke Jakarta terkecuali enggak ke Tanamur”.

Dibuka tiap tiap hari, Tanamur tetap ramai terutama di akhir pekan bersama bermacam acara layaknya pesta Hallowen, pesta kostum, pesta busa, Ladies Night, hingga Beach Party. Tanamur yang memiliki kapasitas untuk 800-1000 orang saat itu bagaikan obat untuk penduduk Jakarta yang tengah terjangkit demam disko.

Sebagaimana keinginan Fahmy untuk memperlakukan mirip untuk seluruh pengunjung, Muhammad Ali, Chuck Norris, Ruud Gulit hingga Bee Gees pun berbaur bersama bersama pengunjung lainnya di Tanamur.

Menurut majalah Tempo yang dirilis pada 27 Maret 1971, bersama tiket masuk Rp 1.000 pada hari biasa dan Rp 1.200 di akhir pekan siapapun bisa nikmati situasi Tanamur.

Redupnya gemerlap Tanamur

Krisis moneter pada tahun 1997 hingga 1998 dan razia ekstasi yang dilaksanakan oleh pihak berwajib sukses memicu beberapa saingan Tanamur gulung tikar. Tanamur tetap eksis tanpa berkurangnya pengunjung di masa-masa itu.

Akan namun situasi jadi buruk sesudah perihal Bom Bali 2002 yang mempengaruhi pengunjung dari di dalam ataupun luar negeri sebab kegalauan bakal terjadinya perihal terorisme lainnya.

Hingga pada tahun 2005, Fahmy memutuskan untuk beristirahat. Lampu disko Tanamur yang tak pernah mati itu pun mulai meredup. Dua tahun sesudah Tanamur ditutup, tepatnya pada 8 September 2007, Fahmy meninggal dunia.

Sekarang, Tanamur sebatas tersisa kenangan bakal era keemasannya di memori pengunjungnya dulu. Siapa sangka ternyata sebuah gedung tua di daerah Gambir yang saat ini jadi daerah parkir kendaran bermotor dan sebuah warung kecil, ternyata memiliki era lalu yang gemerlap.